Selasa, 15 Desember 2009

Emansipasi: Persamaan Derajat


Oleh: Dra. Warsini

Sebelum saya berbicara tentang emansipasi wanita, saya hanya ingin mengingatkan kembali bahwa yang dituntut RA. Kartini hanyalah kesamaan derajat untuk menuntut ilmu. Dari sinilah kemudian orang mengenal RA. Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita. Hal ini mempunyai makna yang positif, namun dalam perkembangannya banyakan wanita yang salah.mengartikan pengertian emansipasi wanita. Contohnya adalah tinju wanita, sepak bola wanita, dll. Cenderung kepada penampilan wanita hanya dari segi fisik semata. Jika naik bis berdiri, kerja bakti bareng laki-laki. Ronda malam menjaga keamanan kampung? Menurut saya kondisi emansipasi wanita pada saat ini harus di dudukan pada jalur yang benar, sesuai cita-cita Ra Kartini.

Perjuangan RA. Kartini menurut saya sudah cukup berhasil untuk sebagian, di antaranya adalah kecenderungan Orang Tua sekarang yang menyekolahkan anak-anaknya tanpa membedakan jenis kela-min anaknya apakah pria atau wanita.Tapi belum berhasil sebagian yang lain. Jika melihat TKI yang berangkat ke luar negeri adalah TKW yang rata-rata masih muda belia. Ini suatu pertanda kemunduran bangsa.

Peran perintah pada saat ini terhadap perjuangan emansipasi wanita cukup memadai. Hal ini terbuki, dari pemerintah tidak melekukan diskriminasi terhadap wanita. Dalam menutut ilmu, wanita bisa sekolah di Taruna Nusantara, misalnya. Bisa menjadi dokter, bisa menjadi guru, bisa menjadi insinyur, dll. Tetapi yang jus-tru belum siap terhadap emansipasi wani-ta adalah masyarakat kita sendiri. Con-tohnya, masyarakat masih melakukan diskriminasi terhadap kepemimpinan wanita. Padahal jika seorang wanita di kirimkan ke sekolah Taruna Nusantara, APDN, atau STPDN itu menunjukan bahwa wanita pun di persiapkan sebagai pemimpin. Bahkan dalam konsep Jawa pun dikenal konsep Ratu Kidul, ini berarti bahwa wanita bisa di percaya sebagai “pemimpin”.

Menurut saya emansipasi wanita yang seharusnya, adalah emansipasi per-samaan hak antara laki-laki dan wanita dalam rangka menuju ketaqwaan, keba-ikan, dan hal-hal yang positif lainnya, contohnya adalah persamaan wanita dan laki-laki dalam menuntut ilmu, bahkan di negara-negara majupun wanita diberi ke-sempatan untuk menjadi astronot. Di Indo-nesia juga hampir ada, yaitu Pratiwi Sudarmono sebagai wanita pertama yang menjadi astronot. Namun seyang, negara maju yang menjadi mitra indonesia tidak secara maksimal mendukung Indonesia menjadi maju di bidang ilmu pengetahu-an.Negara seperti AS, yang menteri luar negerinya seorang wanita. Inggris pernah berjaya ketika dipimpin oleh Margareth Tatcher yang juga seorang wanita. Bank Indonesia juga deputi seniornya juga seorang wanita yaitu Miranda S Gultom. Bahkan di Indonesia banyak wanita menduduki posisi puncak di kepartaian, ada Ibu Megawati Soekarno Putri, ibu Yeni Wahid, Ibu Sukmawati, dll. tetapi saya kurang sependapat terhadap emansipasi wanita yang menempatkan wanita di cafe, night club, dunia hiburan malam, dan sebagainya. Wanita hanya menjadi sampah bagi laki-laki.

Jadi emansipasi wanita adalah persa-maan hak antara wanita dan laki-laki.yang membawa ke arah kebaikkan sebagaima-na dinyatakan suatu hadist yang maksud-nya bahwa “wanita merupakan tiang negara. Apabila dalam suatu negara wanitanya baik, maka akan baiklah negara.

Senin, 14 Desember 2009

GEBYAR PROKLAMASI Di SMP Negeri 2 Kroya


Dalam memperingati hari kemerdekaan dan proklamasi negara kita yang ke 63, SMP Negeri 2 Kroya, sekolah kita, mengadakan kegiatan lomba-lomba di sekolah, yang dilaksanakan oleh panitia lomba sekolah. Oleh panitia lomba, lomba diselenggarakan mulai pada tanggal 11 Agustus s/d 16 Agustus 2008. Panitia lomba menyelanggarakan berbagai lomba dengan lomba kurang lebih 7 perlombaan yang diikuti oleh semua siswa. Dari perlombaan tersebut meliputi lomba balap kelereng, karung, bakiak, dan egrang. Dan dalam lomba berkelompok/kerjasama sesama kelas dengan melawan antar kelas yang meliputi lomba futsal, tarik tambang, dan volley bertabir. Semua panitia bekerja 1 minggu penuh, sampai tanggal 16 Agustus.

Pada tanggal 14 Agustus 2008, sekolah kita melaksanakan upacara dalam peringatan Hari Jadi Pramuka, setelah upacara selesai panitia melanjutkan kegiatan lomba. Satu minggu SMP Negeri 2 Kroya memperingati hari HUT RI ke 63 dengan menyebutnya Gebyar Proklamasi SMP Negeri 2 Kroya. Dan setelah panitia melaksanakan lomba di sekolah tercinta kita ini selama seminggu, tibalah hari peringatan HUT RI ke-63 yang diperingati dengan Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan pada hari Minggu tepatnya tanggal 17 agustus 2008 pukul 08.00 WIB, yang diikuti oleh semua keluarga besar SMP Negeri 2 Kroya, sekolah tercinta kita ini.

Pada tanggal 19 Agustus 2008, SMP Negeri 2 Kroya, khususnya kelas 8, mengikuti kegiatan karnaval tingkat kecamatan. Kegiatan karnaval dimulai dari desa Pucung Kidul, pada pukul 13.13 WIB.

Dalam karnaval itu, SMP Negeri 2 Kroya menampilkan beberapa kelompok, yaitu:

1. Pasukan Paskibra,

2. OSIS,

3. Pramuka,

4. Bhineka Tunggal Ika,

5. 0LAHRAGA,

6. Pejuang “45,

7. Kesenian, dan

8. Sepeda hias

SMP Negeri 2 Kroya mulai star dari desa Pucung Kidul dan Finish di Depan Kecamatan Kroya. Kita sampai di finish pukul 15.32 WIB. Dalam kegiatan karnaval ini, Eksist menugaskan beberapa redaksi menjadi tim peliput karnaval. Tugas mereka meliput jalannya kegiatan karnaval SMP Negeri 2 Kroya. Kita sempat mengambil gambar kegiatan karnaval. Anggota dari tim peliput karnaval itu adalah:

1. Nanang Eko H (9F)

2. Fabri Kurniawan (9B)

3. Ari Bintoro (9A)

4. Nita Ayundari (9D)

5. Uswatun Khasanah (9c)

6. Satya Herditaazain (9E)

Demikian laporan kegiatan Gebyar Proklamasi SMP Negeri 2 Kroya dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 63.

Terima Kasih? Bravo…..Eksist!!!

Kamis, 19 November 2009

Mungkinkah Eksist, eksis kembali?


Setahun sudah, Eksist, tabloid kebanggan siswa-siswa SMP Negeri 2 Kroya, menghilang dari peredaran blantika bacaan siswa-siswi SMP Negeri 2 Kroya. Banyak juga sebenarnya yang merasa kehilangan. Mereka sering menanyakan, kapan eksist terbit lagi? Kapan mereka bisa mengirimkan karya-karya mereka kembali seperti puisi, pantun, cerpen dan lainnya? Kapan lagi mereka bisa membaca dan mengapresiasi karya-karya sastra teman-teman mereka? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Mengapa eksist menghilang? Barangkali sulit untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Namun, dana menjadi kendala yang paling dominan. Dengan adanya Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berisikan tentang Sekolah Gratis, disebutkan bahwa sekolah (khususnya SMP) negeri tidak diperkenankan memungut biaya secara kolektif dan wajib kepada siswa. Tabloid Eksist selama ini eksis karena partisipasi siswa-siswi SMP Negeri 2 Kroya yang memberikan iuran Rp 2.500,- setiap kali terbit. Bisakah siswa-siswi secara sukarela 'membeli' tabloid Eksist setiap kali terbit tanpa embel-embel 'wajib'? Seandainya semua siswa secara sukarela membeli tabloid setiap kali terbit, tanpa ada 'tekanan' wajib, insya Allah eksist tidak lama lagi akan terbit kembali. Tapi, adakah kemungkinan lain? Inilah pertanyaan yang selalu menggelayuti batin saya, selaku pembina jurnalistik SMP Negeri 2 Kroya.
Jadi, mungkinkah eksist akan kembali eksis?
Pada awal November 2009 yang lalu, saya kebetulan mengikuti tingkat nasional yang diselenggarakan di Puncak Bogor. Di sana saya bertemu dengan guru-guru se-Indonesia, yang beberapa di antaranya pernah atau sedang melaksanakan tugas sebagai urusan kesiswaan di sekolahnya. Adalah pak Aep Saefudin, seorang guru dari SMPN 1 Sukawening Garut Jawa Barat, yang begitu antusias mendengar cerita saya tentang tabloid Eksist. Bahkan beliau sampai menyampaikan beberapa saran, supaya eksist tetap eksis. Jika ada satu halaman yang khusus diperuntukkan bagi guru untuk mengisi tabloid sebagai upaya untuk mengadakan evaluasi/memberikan tugas kepada siswa, maka semua siswa pasti akan membeli tabloid, dengan catatan, tugas/evaluasi yang dimaksud harus meliputi seluruh kelas, kelas VII, VIII, dan IX. Untuk setiap penerbitan, mungkin hanya dua atau tiga mata pelajaran saja. Namun, bersediakah para guru untuk mengisi halaman tabloid? Jika guru diberi insentif atas peran sertanya mengisi, insya Allah guru akan bersedia. Begitu saran pak Aep (jitu juga saran beliau).
Dengan kondisi seperti demikian, jika semua berjalan lancar, Tabloid Eksist sangat mungkin untuk kembali eksis. Semoga.

Terima Kasih Buat Aep Saefudin, S.Pd.

Selasa, 28 April 2009


Eksist, di manakah engkau kini?

Siswa SMP Negeri 2 Kroya boleh berbangga. Betapa tidak, sekolah ini sudah memiliki tabloid siswa sendiri yang dicetak layaknya tabloid yang lain seperti BOLA, Genie, dan lain-lain. Tabloid siswa itu bernama EKSIST.
Setelah terbit perdana pada bulan April 2007, Eksist berturut-turut terbit pada Mei 2007, Juni 2007, Agustus 2007, September 2007, Nopember 2007, Februari 2008, Maret 2008, April 2008, Mei 2008, Juni 2008, Agustus 2008, September 2008, dan terakhir Nopember 2008.
Pada setiap terbitannya, Eksist selalu menampilkan topik yang sedang hangat pada saat itu. Selain itu, Eksist juga menampilkan karya-karya dari siswa baik cerpen, puisi, pantun, cerita lucu, resep masakan, musik, olah raga, dan lain-lain. Tak ketinggalan pula ada Kuis berhadiah. Pendeknya, Eksist bisa menjadi solusi dari kebutuhan siswa akan bacaan alternatif, selain tentu saja buku-buku pelajaran.
Namun, di tengah kerinduan siswa akan kehadiran Eksist, tiba-tiba Eksist menghilang. Setelah terakhir terbit Nopember 2008, hingga April 2009 ini, Eksist belum muncul juga. Kemana gerangan dikau, Eksist? Kami, siswa-siswi SMP Negeri 2 Kroya sangat merindukanmu. Kapan kamu terbit lagi???