Kamis, 19 November 2009

Mungkinkah Eksist, eksis kembali?


Setahun sudah, Eksist, tabloid kebanggan siswa-siswa SMP Negeri 2 Kroya, menghilang dari peredaran blantika bacaan siswa-siswi SMP Negeri 2 Kroya. Banyak juga sebenarnya yang merasa kehilangan. Mereka sering menanyakan, kapan eksist terbit lagi? Kapan mereka bisa mengirimkan karya-karya mereka kembali seperti puisi, pantun, cerpen dan lainnya? Kapan lagi mereka bisa membaca dan mengapresiasi karya-karya sastra teman-teman mereka? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Mengapa eksist menghilang? Barangkali sulit untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Namun, dana menjadi kendala yang paling dominan. Dengan adanya Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berisikan tentang Sekolah Gratis, disebutkan bahwa sekolah (khususnya SMP) negeri tidak diperkenankan memungut biaya secara kolektif dan wajib kepada siswa. Tabloid Eksist selama ini eksis karena partisipasi siswa-siswi SMP Negeri 2 Kroya yang memberikan iuran Rp 2.500,- setiap kali terbit. Bisakah siswa-siswi secara sukarela 'membeli' tabloid Eksist setiap kali terbit tanpa embel-embel 'wajib'? Seandainya semua siswa secara sukarela membeli tabloid setiap kali terbit, tanpa ada 'tekanan' wajib, insya Allah eksist tidak lama lagi akan terbit kembali. Tapi, adakah kemungkinan lain? Inilah pertanyaan yang selalu menggelayuti batin saya, selaku pembina jurnalistik SMP Negeri 2 Kroya.
Jadi, mungkinkah eksist akan kembali eksis?
Pada awal November 2009 yang lalu, saya kebetulan mengikuti tingkat nasional yang diselenggarakan di Puncak Bogor. Di sana saya bertemu dengan guru-guru se-Indonesia, yang beberapa di antaranya pernah atau sedang melaksanakan tugas sebagai urusan kesiswaan di sekolahnya. Adalah pak Aep Saefudin, seorang guru dari SMPN 1 Sukawening Garut Jawa Barat, yang begitu antusias mendengar cerita saya tentang tabloid Eksist. Bahkan beliau sampai menyampaikan beberapa saran, supaya eksist tetap eksis. Jika ada satu halaman yang khusus diperuntukkan bagi guru untuk mengisi tabloid sebagai upaya untuk mengadakan evaluasi/memberikan tugas kepada siswa, maka semua siswa pasti akan membeli tabloid, dengan catatan, tugas/evaluasi yang dimaksud harus meliputi seluruh kelas, kelas VII, VIII, dan IX. Untuk setiap penerbitan, mungkin hanya dua atau tiga mata pelajaran saja. Namun, bersediakah para guru untuk mengisi halaman tabloid? Jika guru diberi insentif atas peran sertanya mengisi, insya Allah guru akan bersedia. Begitu saran pak Aep (jitu juga saran beliau).
Dengan kondisi seperti demikian, jika semua berjalan lancar, Tabloid Eksist sangat mungkin untuk kembali eksis. Semoga.

Terima Kasih Buat Aep Saefudin, S.Pd.